AKU, TONGKAT KAYU DAN ERUPSI GUNUNG SEMERU
Wafil dan Tagana Dinsos Situbondo membagikan makanan kepada pengungsi Gunung Semeru |
Siklusi.id - Nuris Nawafil atau yang sering biasa di panggil Aping merupakan salah satu penggiat inklusifitas dan sekretaris Kelompok Disabilitas Desa (KDD) Desa Kendit di Kabupaten Situbondo. Dengan rambut panjang, nada bicaranya yang masih menggunakan logat Madura, sosoknya yang berperawakan gempal dengan tongkat kayu di tangan kananya selalu menghiasi dalam setiap kegiatan di Desa, Kecamatan maupun Kabupaten.
Wafil yang sehari harinya berkecimpung dalam dunia musik lebih khususnya dunia dangdut kali ini dia mencoba pengalaman baru dengan menjadi relawan tanggap bencana Gunung Semeru di Desa Jarit, Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Mungkin ini adalah pengalaman baru dan tantangan dalam hidupnya karena selama ini memang dia hanya berfokus bagaimana menjadikan Desanya sebagaia Desa yang ramah bagi disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
Gitaris dalam salah satu grub musik besar di Kabupaten Situbondo memulai ikut menjadi relawan berawal dari menelpon keponakanya yang bertugas sebagai Tagana Dinas Sosial Kabupaten Situbondo. "Dek kamu bertugas di posko bencana Semeru ya? Boleh gak saya ikut bantu bantu disana kebetulan saya lagi di Lumajang ada acara di rumah saudara. Dengan senang hati cak, langsung aja ke sini jawab keponakanya." papar wafil saat kami mewawancarainya.
Tanpa berfikir panjang dia langsung bergegas menuju posko Tagana Situbondo yang terletak di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Lumajang. Sehari harinya Aping mulai memasak jam 2 pagi dengan manasin kompor, memasak air dan diteruskan dengan menanak nasi. Dia kebagian tugas untuk mengupas bahan makanan lalu menggorengnya. "Awalnya tim disini sungkan untuk berinteraksi dengan saya, misal contoh meminta bantuan saya mengerjakan pekerjaan lainnya tapi saya selalu menawarkan diri untuk membantu apa yang bisa saya bantu. Pak jika butuh bantuan negomong saja, saya pasti membantu selagi itu bisa jangan diperlakukan beda karena saya disabilitas. Mulai dari inilah akhirnya lambat laun mereka mulai terbuka dan saling berinterkasi dengan saya". Ujar mas wafil.
Wafil membantu menyiapkan makanan untuk pengungsi Gunung Semeru |
Setiap harinya Wafil dan tim Tagana Dinas Sosial Kabupaten Situbondo membagikan 600 bungkus makanan untuk makan pagi dan 600 bungkus makanan untuk makan malem untuk pengungsi erupsi Gunung Semeru. Seiring berjalanya waktu banyak pengungsi yang sudah meninggalkan posko pengungsian untuk kembali ke rumahnya, ada sebagian juga yang pindah kerumah saudara terdekatnya sehingga jumlah maknana yang dibuat setiap harinya menyesuaikan jumlah orang yang ada dalm posko tersebut.
Tidak puas hanya membantu di dapur umum, dari kesadaranya wafil juga ikut serta dalam kegiatan pemulihan trauma paska bencana. Dia membantu salah satu korban bencana yang kakinya terkena lahar gunung Semeru dan tidak bisa berjalan serta mengalami trauma yang berat. "Mas bencana itu bukan akhir dari segala galanya, mas kakinya itu masih bisa sembuh asal ikuti apa yang dianjurkan dokter. Mas masak kalah dengan saya yang disabilitas dari kecil, saya lho tidak pernah putus asa sampai sekarang, ayo mas bisa sembuh dan bangkit kembali", ujarnya dalam memotivasi korban bencana tersebut.
Sebulan sudah Wafil bertugas menjadi relawan bencana erupsi Gunung Semeru dan kali ini dia pindah ke posko bencana Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur untuk lebih banyak membantu orang disana yang notabeni lebih banyak dalam posko sebelumya. "Saya berharap teman teman disabilitas bisa berkontribusi dalam penanggulangan bencana, mulai dari bantu bantu sesuai dengan kemampuan apa yang kita miliki dan kontribusi apa yang bisa kita berikan. Tidak usah malu kita buktikan bahwa disabilitas itu tidak menyusahkan bahkan bisa memberi kontribusi bahkan pada saat bencana sekalipun". Ujarnya saat kami tanya harapan untuk teman disabilitas lainya.
Penulis : AMS
Tidak ada komentar: