PPDiS Gelar Workshop Perbaikan Pelayanan dan Pemenuhan Hak Dasar Difabel
Suasana diskusi dalam mengidentifikasi permasalahan
riil dalam pemenuhan hak dasar difabel dan kelompok marginal di Desa/Bella
Indah Sari
Siklusi.id - Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS)
bersama sejumlah Desa di Kecamatan Panji menggelar workshop identifikasi
permasalahan dan perumusan perbaikan pelayanan pemenuhan hak dasar difabel dan
kelompok marginal lainnya di Aula Kecamatan Panji, Kamis (21/07). Acara yang
didukung oleh Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia ini
mengundang para pemangku kepentingan yang berasal dari empat Desa di kecamatan
Panji, yakni Juglangan, Curah Jeru, Klampokan, dan Tenggir.
Lokakarya yang dihadir 39 peserta dari empat Desa tersebut dimulai tepat
pukul 09.00 WIB dengan pembukaan oleh Widodo, Sekretaris Kecamatan Panji. “Saya
harap dengan adanya workshop ini, sudah tidak ada lagi pandangan sumir
terhadap difabel karena sebenarnya tidak ada orang yang dilahirkan berbeda,”
ucapnya.
Luluk Ariyantiny, ketua Yayasan PPDiS, dalam sambutannya juga mengatakan
bahwa kegiatan yang dilaksanakan hari ini bertujuan menjadikan Desa-Desa di Kecamatan
Panji menuju Desa inklusif dengan mengedepankan keterbukaan bagi difabel.
Menurut beliau pula, Desa-Desa tersebut akan dijadikan pilot project
bagi Desa-Desa lainnya yang belum didampingi oleh PPDiS. Sehingga ke depannya
diharapkan perwujudan Desa inklusif di Kecamatan Panji, dapat direplikasi di
wilayah lain di Kabupaten Situbondo.
Sainur Rasyid didapuk menjadi Faasilitator dalam acara workshop kali ini. Pria yang
membidangi Divisi Pengembangan dan Riset di PPDiS tersebut, memulai materinya
dengan memaparkan data-data kuantitatif tentang jumlah penyandang disabilitas
secara global, nasional, dan regional Kabupaten Situbondo sendiri. Serta terdapat empat tujuan diadakannya workshop
tersebut, yaitu pemenuhan hak-hak difabel, identifikasi masalah di Desa,
peningkatan komitmen layanan, dan perumusan prioritas kebijakan.
Semua peserta workshop diminta mengidentifikasi permasalahan di Desa
masing-masing berdasarkan kartu-kartu permasalahan yang diberikan pemateri.
Permasalahan-permasalahan tersebut bersumber dari sejumlah indikator turunan
Hak Ekosob
(Ekonomi Ssosial Budaya). Sebagai catatan, hak Ekosob meliputi hak atas pendidikan, hak atas
perumahan, hak atas standar hidup yang layak, hak kesehatan, hak atas
lingkungan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya. Hak-hak di
atas secara umum telah diatur dalam Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya (ICESCR). Secara khusus hak Ekosob juga diatur dalam berbagai
instrumen HAM internasional.
Setelah beragam permasalahan berhasil diidentifikasi, seluruh peserta workshop
kemudian diminta untuk mengkategorikannya ke dalam kuantitas permasalahan,
banyak atau sedikitnya permasalahan. Serta fisibilitas permasalahan, apakah
permasalahan bisa diselesaikan secara mandiri atau membutuhkan asistensi dari
pihak lain. Dengan mengenali permasalahan di tiap-tiap Desa dan kategori permasalahan
yang dihadapi
oleh pemangku kepentingan di Desa-Desa
tersebut. Sehingga diharapkan bisa menyusun program-program prioritas
guna memperbaiki pelayanan pemenuhan hak dasar difabel dan kelompok marginal
yang ada di Desa.
Salah seorang peserta workshop yang juga menjadi Sekretaris Desa
Juglangan, Kumar Wahyugi, saat diwawancarai menuturkan bahwa Pemerintah Desa
Juglangan merepons positif kegiatan workshop tersebut. Dia menambahkan
bahwa pelayanan di Desa seyogianya mengakomodasi seluruh masyarakat tak terkecuali para
difabel. “Workshop kemarin menyadarkan kita bahwa pelayanan di Desa itu
tidak hanya bagi warga yang tidak ada keterbatasan, akan tetapi juga warga yang
berkebutuhan khusus. Pemerintah Desa mempunyai keharusan untuk membantu
menyamankan warga berkebutuhan khusus tersebut dengan cara menyediakan
sarana-prasarana penunjang,” ujarnya.
Acara ditutup
dengan sesi foto bersama antara semua peserta, pemateri, dan pihak PPDiS.
Reporter : Ahmad Faiz
Editor : AMS
Tidak ada komentar: