PPDiS Gelar FGD Pengarusutamaan Isu Difabel dan Penggalian Masalah dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Kota Probolinggo—Dalam upaya mewujudkan pendidikan yang inklusif, Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Pengarusutamaan Isu Difabel dan Penggalian Masalah dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (28/02/2025) di Kanaya Ballroom, Jl. Dr. Sutomo No.134-144, Tisnonegaran, Kec. Kanigaran, Kota Probolinggo.
Acara dimulai pukul 08.15 WIB dengan pengantar oleh Faizul Mubarak selaku penyelenggara kegiatan yang menjelaskan garis besar diskusi. Sesi selanjutnya diisi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kota Probolinggo, Dr. Siti Romlah, S.Si., M.Pd., yang sekaligus membuka secara resmi kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, Dr. Siti Romlah menekankan pentingnya asesmen dini terhadap peserta didik berkebutuhan khusus (ABK). Ia menegaskan bahwa asesmen yang komprehensif akan memungkinkan identifikasi kebutuhan secara lebih jelas dan terukur, sehingga intervensi yang diberikan oleh Guru Pembimbing Khusus (GPK) dapat lebih efektif. Kadisdikbud juga mengajak seluruh pemangku kepentingan yang hadir untuk memperkuat kolaborasi guna mempercepat realisasi pendidikan inklusif di Kota Probolinggo.
Sesi berikutnya menghadirkan paparan dari Sefri Retno Budiarti, anggota Forum Sahabat Disabilitas Kota Probolinggo. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan konsep dasar pengarusutamaan isu disabilitas, termasuk definisi dan ragam disabilitas serta memberikan simulasi singkat tentang cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Dua anggota Forum Sahabat Disabilitas lainnya, Andy Purwanto dan Andri, turut berbagi pengalaman serta memberikan edukasi terkait interaksi yang tepat dengan penyandang disabilitas sensorik, khususnya teman netra dan teman tuli—istilah untuk menyebut penyandang disabilitas sensorik netra dan penyandang disabilitas sensorik tuli. Keduanya, yang merupakan difabel netra dan difabel tuli, memberikan demonstrasi langsung untuk meningkatkan pemahaman peserta.
Selanjutnya, Marlutfi Yoandinas selaku fasilitator kegiatan memaparkan dasar dan pedoman pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Bidang Pendidikan. Ia menjelaskan bahwa ULD berperan sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mendukung terselenggaranya pendidikan inklusif, mulai dari asesmen kebutuhan hingga penyediaan layanan yang diperlukan bagi ABK, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Setelah pemaparan, acara dilanjutkan dengan sesi Group Brainstorming, di mana peserta FGD dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh tiga elemen utama dalam pendidikan inklusif, yakni ABK, warga sekolah, serta aksesibilitas dan akomodasi. Hasil identifikasi tersebut kemudian menjadi dasar dalam merancang intervensi yang dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai hambatan sejak dini. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Sebagai penutup, fasilitator memaparkan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang mencakup pelaksanaan FGD lanjutan terkait penyelenggaraan pendidikan inklusif. Kegiatan FGD yang didukung oleh Disability Rights Fund pada hari Jumat itu resmi berakhir pada pukul 11.40 WIB.
Reporter: Trio Fajar Kurniawan
Penulis: Trio Fajar Kurniawan
Editor: Ahmad Faiz
Tidak ada komentar: